Seringnya manusia itu menyerah pada keadaannya. Terlalu banyak kompromi. Kadang sudah tahu harus berbuat apa, tapi tetap aja gak dilakukan. Sering lemah dengan keadaan dan gak pernah bisa konsisten untuk tetap bisa berdiri tegak. Kalau seandainya Tuhan bisa bosan, mungkin, bahkan pasti Dia jenuh dengan kelakuan kita.
Entah kenapa setiap aja mau berupaya, selalu gagal. Marah lagi, kesal lagi, gampang kecewa, mudah pahit. Padahal semuanya bisa diselesaikan dengan kebijaksanaan.
Terus masalahnya dimana? Bener ya, menjadi konsisten itu gak mudah. Memangkas semua kelakuan buruk itu ternyata butuh usaha. Kadang satu faktor yang kita rasa gak relate ternyata nyambung banget. Misalnya, kamu yang terbiasa leha-leha dan mengikuti semua kemalasan dan kemauan kamu, ternyata itu ngaruh dengan kebiasaanmu untuk mengikuti maumu, yang akhirnya jadi gampangan deh untuk "pergi" kesana kemari dan lupa tujuan. Lupa apa yang sebaiknya dilakukan karena terbiasa leha.
Mau sampai kapan? Lagi-lagi pertanyaan ini muncul buat kita yang selalu menghadapi naik-turunnya kehidupan. Gak ada jawaban yang pasti buat ini, karena selama kitapun masih hidup, ya selama itu harus terus berjuang. Wah bakal lama dong. Enggak. Lama enggaknya tergantung kamu. Tapi aku yakin gak akan lama. Asalkan setiap harinya ada perbaikan. Berbenah tiap hari. Kalau gagal, plis benar-benar mikir, kontemplasi lagi. Sadar kelakuan dan usahakan perubahan.
Walaupun sampai tua masih bergejolak, setidaknya kamu gak sebodoh kamu yang dulu. Dan kamu bisa jadi yang lebih baik hari lepas hari. Tergantung bagaimana cara kamu menghadapi dan berpikir setiap kali masalah itu datang menghampiri. Gagal? Coba lagi! Maju lagi, mikir lagi, usaha lagi. Gagal? Bisa jadi repeat, tapi kamu sudah ada di level yang berbeda. Yok dipakai otak, hati, dan kelakuannya.
Comments
Post a Comment