Skip to main content

Namanya Juga Manusia (?)

Terlalu munafik rasanya kalau kita bilang kita "baik" tapi hati masih penuh kelicikan, masih iri dengan pencapaian orang lain, masih melakukan apa yang gak baik ketika gak ada yang melihat, masih berharap pujian selangit, angkuh, sukanya marah, bergunjing, dan ya masih banyak lagi.

Tapi itulah yang namanya "daging", yang masih enggan dilepaskan, justru malah dinikmati. Mau sampai kapan begitu? Pertanyaan berikutnya yang harus segera dijawab. Ingatlah bahwa setiap hari manusia itu harus jadi lebih baik, no excuse untuk selalu bilang "wajarlah namanya juga manusia!!" Tapi mau sampai kapan berlindung di balik kata "namanya juga manusia".

Berbenah diri! Bahwa setiap hari kita harus menyangkal diri yang gak baik, menyangkal segala hal yang "daging" ini mau. Karena yang "daging" ini mau, seringnya membawa apa yang gak baik. Yang justru membuat kita jadi semakin terpuruk. 

Coba keluar dari semua keburukanmu satu per satu. Kalau jatuh ya bangkit lagi, tobat lagi. Bangkit tapi jangan berpikir untuk jatuh kembali. Kalaupun jatuh, harus bangkit, tapi bangkit tidak lagi dengan cuma sekedar berjalan, tapi harus mulai berlari.

Kadang bertahan itu baik, namun alangkah lebih baik kalau ada serangan. Harus mulai melawan dengan tindakan. Bukan hanya duduk diam, menunggu keajaiban untuk bisa berubah. Keajaiban itu datang bukan ketika diam, tapi ketika kita menyerang, ya ketika kita terus berusaha!!

Upayakan dirimu untuk melakukan yang baik! Upayakan dirimu membicarakan apa yang benar! Upayakan baik dan benar, sampai yang busuk itu keluar dari hidupmu perlahan demi perlahan!

Comments

Popular posts from this blog

Kadang Butuh Diam dan Mendengarkan

Terkadang mendengar jauh lebih baik daripada berbicara dan membela diri. Memang ketika kita menerima teguran, semuanya tidak terasa mengenakkan, tapi orang yang bersedia menerima masukan adalah mereka yang sedang membuka jalan dari satu kemenangan kepada kemenangan yang lain. Mereka yang akan mampu menghadapi berbagai kondisi. Mereka yang akan dipilih dan dapat dipercaya. Tidak susah untuk hanya mendengar, tapi memang menolak atau membela diri akan jauh lebih melegakan hati, daripada sekedar mendengarkan. Tapi melegakan bukan berarti akan menguntungkan. Buru-buru melawan hanya akan menutup kesempatan demi kesempatan. Diam, gak semua harus dijawab dengan alasan.  Carilah teguran dan belajarlah memahami kritikan ketika dia masih berkenan untuk kau dengarkan. Karena ketika kamu bebal dan tidak lagi rendah hati untuk menerimanya, maka bersiaplah menghadapi kehancuran.  Diam dan dengarkan! Perhatikan apa yang baik dan membangun hidupmu, itulah yang kamu kerjakan. Tidak perlu melawa...

Coba Lagi, Lebih Konsisten

Seringnya manusia itu menyerah pada keadaannya. Terlalu banyak kompromi. Kadang sudah tahu harus berbuat apa, tapi tetap aja gak dilakukan. Sering lemah dengan keadaan dan gak pernah bisa konsisten untuk tetap bisa berdiri tegak. Kalau seandainya Tuhan bisa bosan, mungkin, bahkan pasti Dia jenuh dengan kelakuan kita.  Entah kenapa setiap aja mau berupaya, selalu gagal. Marah lagi, kesal lagi, gampang kecewa, mudah pahit. Padahal semuanya bisa diselesaikan dengan kebijaksanaan. Terus masalahnya dimana? Bener ya, menjadi konsisten itu gak mudah. Memangkas semua kelakuan buruk itu ternyata butuh usaha. Kadang satu faktor yang kita rasa gak relate ternyata nyambung banget. Misalnya, kamu yang terbiasa leha-leha dan mengikuti semua kemalasan dan kemauan kamu, ternyata itu ngaruh dengan kebiasaanmu untuk mengikuti maumu, yang akhirnya jadi gampangan deh untuk "pergi" kesana kemari dan lupa tujuan. Lupa apa yang sebaiknya dilakukan karena terbiasa leha. Mau sampai kapan? Lagi-lagi p...