Skip to main content

Selama Masih Hidup

Banyak orang ketika tahun baru membuat berbagai resolusi. Berharap lebih baik, memiliki harapan, dan berupaya mencapai target. Tapi kalau melihat perjalanan tahun sebelumnya, resolusi seakan sia-sia. Gak pernah berjalan sesuai rencana. Jatuh lagi, bangkit, jatuh lagi, bangkit, jatuh, jatuh, jatuh, dan susah kembali untuk bangkit. Sampai pada momen dimana tahun baru tidak lagi dirasa bermakna dan sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

Setiap orang punya kesempatan berkali-kali untuk bangkit. Selalu ingat dengan perkataan "selama masih hidup, selama itulah kesempatanmu untuk bangkit, gak peduli seberapa kerasnya sakit yang kau alami, gak peduli seberapa sering ujian itu menghantammu. Ya, selama masih hidup, selama itulah kau harus berjuang untuknya".

Gak mudah memang karena kalau hidup gak ada ujian, kita gak akan pernah menjadi lebih baik. Kenapa gitu? Terkadang memang cobaan demi cobaan yang dihadapi justru membuat kita tahan uji, asalkan kita sadar bahwa kita harus bangkit. Dan memang hidup tanpa ujian adalah hidup yang sombong, akan merasa jauh lebih baik dari mereka yang lain. Jadi justru duri dalam daging itu baik untuk membentuk "karakter" diri.

Berjalan terus, bangkit dan gak ada salahnya membuat resolusi, asal tidak terlalu keras pada diri sendiri. Kejatuhan bukan akhir, tapi langkah awal untuk mensyukuri apa yang sudah dijalani. Ujian diberikan agar kita paham bagaimana caranya hidup lebih rendah hati dan memahami seperti apa idealisme diri sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

Kadang Butuh Diam dan Mendengarkan

Terkadang mendengar jauh lebih baik daripada berbicara dan membela diri. Memang ketika kita menerima teguran, semuanya tidak terasa mengenakkan, tapi orang yang bersedia menerima masukan adalah mereka yang sedang membuka jalan dari satu kemenangan kepada kemenangan yang lain. Mereka yang akan mampu menghadapi berbagai kondisi. Mereka yang akan dipilih dan dapat dipercaya. Tidak susah untuk hanya mendengar, tapi memang menolak atau membela diri akan jauh lebih melegakan hati, daripada sekedar mendengarkan. Tapi melegakan bukan berarti akan menguntungkan. Buru-buru melawan hanya akan menutup kesempatan demi kesempatan. Diam, gak semua harus dijawab dengan alasan.  Carilah teguran dan belajarlah memahami kritikan ketika dia masih berkenan untuk kau dengarkan. Karena ketika kamu bebal dan tidak lagi rendah hati untuk menerimanya, maka bersiaplah menghadapi kehancuran.  Diam dan dengarkan! Perhatikan apa yang baik dan membangun hidupmu, itulah yang kamu kerjakan. Tidak perlu melawa...

Coba Lagi, Lebih Konsisten

Seringnya manusia itu menyerah pada keadaannya. Terlalu banyak kompromi. Kadang sudah tahu harus berbuat apa, tapi tetap aja gak dilakukan. Sering lemah dengan keadaan dan gak pernah bisa konsisten untuk tetap bisa berdiri tegak. Kalau seandainya Tuhan bisa bosan, mungkin, bahkan pasti Dia jenuh dengan kelakuan kita.  Entah kenapa setiap aja mau berupaya, selalu gagal. Marah lagi, kesal lagi, gampang kecewa, mudah pahit. Padahal semuanya bisa diselesaikan dengan kebijaksanaan. Terus masalahnya dimana? Bener ya, menjadi konsisten itu gak mudah. Memangkas semua kelakuan buruk itu ternyata butuh usaha. Kadang satu faktor yang kita rasa gak relate ternyata nyambung banget. Misalnya, kamu yang terbiasa leha-leha dan mengikuti semua kemalasan dan kemauan kamu, ternyata itu ngaruh dengan kebiasaanmu untuk mengikuti maumu, yang akhirnya jadi gampangan deh untuk "pergi" kesana kemari dan lupa tujuan. Lupa apa yang sebaiknya dilakukan karena terbiasa leha. Mau sampai kapan? Lagi-lagi p...

Namanya Juga Manusia (?)

Terlalu munafik rasanya kalau kita bilang kita "baik" tapi hati masih penuh kelicikan, masih iri dengan pencapaian orang lain, masih melakukan apa yang gak baik ketika gak ada yang melihat, masih berharap pujian selangit, angkuh, sukanya marah, bergunjing, dan ya masih banyak lagi. Tapi itulah yang namanya "daging", yang masih enggan dilepaskan, justru malah dinikmati. Mau sampai kapan begitu? Pertanyaan berikutnya yang harus segera dijawab. Ingatlah bahwa setiap hari manusia itu harus jadi lebih baik, no excuse untuk selalu bilang "wajarlah namanya juga manusia!!" Tapi mau sampai kapan berlindung di balik kata "namanya juga manusia". Berbenah diri! Bahwa setiap hari kita harus menyangkal diri yang gak baik, menyangkal segala hal yang "daging" ini mau. Karena yang "daging" ini mau, seringnya membawa apa yang gak baik. Yang justru membuat kita jadi semakin terpuruk.  Coba keluar dari semua keburukanmu satu per satu. Kalau jatuh...