Skip to main content

Cukup, Ikhlas, dan Bersyukur

Banyak orang yang berusaha menghemat kekayaannya, tapi entah kenapa mereka selalu merasa kekurangan. Tapi, ada orang yang suka memberi dan selalu merasa cukup, bahkan merasa berkatnya berlimpah, padahal mungkin hartanya gak banyak. Sebenarnya masalah yang sering terjadi dalam hidup ini adalah fokus kita itu sebenarnya apa sih?

Kalau memang fokus kita hanya kepada harta, kekayaan, dan jabatan, popularitas, percayalah itu hanya sementara dan membuat kita selalu merasa kurang dalam hidup ini. Gak ada yang salah dengan menjadi kaya, gak ada yang salah dengan keinginan untuk menjadi yang terhormat. Tapi cara pandang dan semua keinginan yang tidak disertai dengan keikhlasan dan rasa bersyukur hanya akan membinasakan kehidupan kita. Kenapa binasa?

Ya jelaslah, gimana kalau kamu tidak kaya, gimana kalau yang kamu mau gak kamu dapatkan? Boro-boro memberi, boro-boro inget sama orang lain. Pasti, 1001 cara kamu lakukan untuk mewujudkannya dan kadar egoisnya pasti meningkat pesat tuh. Bahkan kamu berani menerobos sesuatu yang seharusnya tidak boleh diterobos, mendobrak pintu yang seharusnya tidak dimasuki. Kamu rela mengorbankan diri kepada kebinasaan yang juga datang menghampiri.

Bersyukur. Setiap step kecil dalam prosesnya harus disyukuri. Kalau gagal, juga gak jadi alasan untuk gak bersyukur kan? Gagal pun pasti membawa hal baik dan pasti ada aja yang bisa disyukuri. Bahkan untuk bisa hidup dan masih bisa berjalan lagi dalam prosesnya juga patut disyukuri loh.

Sudah, sekarang belajar dulu untuk mencukupkan diri, ikhlas, dan bersyukur dengan semua yang kamu milik sekarang. Kalau kamu punya keinginan, jangan lupa dilandasi dengan ketiga hal tersebut ya. Kalau-kalau kamu gagal, kamu ingat bahwa setiap prosesnya pasti berbuah kebaikan. Dan kalaupun kamu sudah sampai pada puncak keinginanmu, lihat ke bawah, banyak yang sedang berjuang juga. Gak ada salahnya kan dibantu untuk bisa sama-sama di puncak.

Gak perlu iri, gak perlu sirik, gak perlu ngebandingin dengan orang lain. Kamu punya track dan timeline hidupmu sendiri. Lakukan aja bagianmu dengan 3 hal tadi: cukup, ikhlas, dan bersyukur. Percaya hidupmu dan perjalanan yang kamu lalui akan terasa lebih ringan. Dan setiap tujuan bisa dicapai dengan kepuasan yang bener-bener deh gak bisa digantikan. Bahagianya minta ampun!

Comments

Popular posts from this blog

Kadang Butuh Diam dan Mendengarkan

Terkadang mendengar jauh lebih baik daripada berbicara dan membela diri. Memang ketika kita menerima teguran, semuanya tidak terasa mengenakkan, tapi orang yang bersedia menerima masukan adalah mereka yang sedang membuka jalan dari satu kemenangan kepada kemenangan yang lain. Mereka yang akan mampu menghadapi berbagai kondisi. Mereka yang akan dipilih dan dapat dipercaya. Tidak susah untuk hanya mendengar, tapi memang menolak atau membela diri akan jauh lebih melegakan hati, daripada sekedar mendengarkan. Tapi melegakan bukan berarti akan menguntungkan. Buru-buru melawan hanya akan menutup kesempatan demi kesempatan. Diam, gak semua harus dijawab dengan alasan.  Carilah teguran dan belajarlah memahami kritikan ketika dia masih berkenan untuk kau dengarkan. Karena ketika kamu bebal dan tidak lagi rendah hati untuk menerimanya, maka bersiaplah menghadapi kehancuran.  Diam dan dengarkan! Perhatikan apa yang baik dan membangun hidupmu, itulah yang kamu kerjakan. Tidak perlu melawa...

Coba Lagi, Lebih Konsisten

Seringnya manusia itu menyerah pada keadaannya. Terlalu banyak kompromi. Kadang sudah tahu harus berbuat apa, tapi tetap aja gak dilakukan. Sering lemah dengan keadaan dan gak pernah bisa konsisten untuk tetap bisa berdiri tegak. Kalau seandainya Tuhan bisa bosan, mungkin, bahkan pasti Dia jenuh dengan kelakuan kita.  Entah kenapa setiap aja mau berupaya, selalu gagal. Marah lagi, kesal lagi, gampang kecewa, mudah pahit. Padahal semuanya bisa diselesaikan dengan kebijaksanaan. Terus masalahnya dimana? Bener ya, menjadi konsisten itu gak mudah. Memangkas semua kelakuan buruk itu ternyata butuh usaha. Kadang satu faktor yang kita rasa gak relate ternyata nyambung banget. Misalnya, kamu yang terbiasa leha-leha dan mengikuti semua kemalasan dan kemauan kamu, ternyata itu ngaruh dengan kebiasaanmu untuk mengikuti maumu, yang akhirnya jadi gampangan deh untuk "pergi" kesana kemari dan lupa tujuan. Lupa apa yang sebaiknya dilakukan karena terbiasa leha. Mau sampai kapan? Lagi-lagi p...

Namanya Juga Manusia (?)

Terlalu munafik rasanya kalau kita bilang kita "baik" tapi hati masih penuh kelicikan, masih iri dengan pencapaian orang lain, masih melakukan apa yang gak baik ketika gak ada yang melihat, masih berharap pujian selangit, angkuh, sukanya marah, bergunjing, dan ya masih banyak lagi. Tapi itulah yang namanya "daging", yang masih enggan dilepaskan, justru malah dinikmati. Mau sampai kapan begitu? Pertanyaan berikutnya yang harus segera dijawab. Ingatlah bahwa setiap hari manusia itu harus jadi lebih baik, no excuse untuk selalu bilang "wajarlah namanya juga manusia!!" Tapi mau sampai kapan berlindung di balik kata "namanya juga manusia". Berbenah diri! Bahwa setiap hari kita harus menyangkal diri yang gak baik, menyangkal segala hal yang "daging" ini mau. Karena yang "daging" ini mau, seringnya membawa apa yang gak baik. Yang justru membuat kita jadi semakin terpuruk.  Coba keluar dari semua keburukanmu satu per satu. Kalau jatuh...